Kajian Apple Vision Pro: Desktop Tanpa Batas

Pada tahun 2000, Paradox Press menerbitkan “Reinventing Comics: How Imagination and Technology Are Revolutionizing an Art Form.” Buku itu adalah tindak lanjut Scott McCloud terhadap karyanya yang berpengaruh pada tahun 1993, “Understanding Comics: The Invisible Art.” Dimana judul sebelumnya mengeksplorasi sejarah dan bahasa visual seni berurutan, volume kedua menemukan medium tersebut di persimpangan jalan. Pergantian milenium menyajikan teknologi baru yang mengancam untuk mengguncang media cetak.

Di samping mengeksplorasi kosakata yang ada, McCloud menciptakan beberapa istilahnya sendiri. Salah satu yang paling berpengaruh dari sekian banyaknya adalah “infinite canvas,” yang penulis jelaskan sebagai berikut:

Mungkin tidak akan pernah ada monitor sebesar Eropa, namun sebuah komik sebesar Eropa atau sebesar gunung dapat ditampilkan pada monitor apa pun, hanya dengan bergerak di permukaannya, setiap inci, kaki, hingga mil. . . Di lingkungan digital tidak ada alasan mengapa sebuah cerita dengan 500 panel tidak dapat diceritakan secara vertikal — atau horizontal seperti skyline grafis yang hebat.

Desktop Tanpa Batas

Kredit Gambar: Apple

Saat realitas kendali korporasi merasuk ke internet, gagasan infinite canvas agak terlupakan (menghuni media dalam jangka waktu yang lama dan akhirnya Anda akan menemukan batasnya). Selama delapan bulan terakhir, bagaimanapun, istilah itu mulai kembali populer, berkat Apple. Perusahaan menyukai slogan yang menarik — dan mereka berpikir Anda juga akan menyukainya. Istilah McCloud ini dengan cerdas menyentuh beberapa perubahan paradigma yang lebih besar yang diharapkan oleh perusahaan dengan headset baru seharga $3.500.

...